Tanggal 23 - 9 - 2013.. Saya menonton acara Hitam Putih yang dipandu oleh Deddy Corbuzier. Di episode hari itu diceritakan tentang Cancer..
Ingatan saya kembali melayang kepada sosok adik ku , yang selama setahun 2 bulan melawan cancer nya..
Cancer...
'Tamu' yang sangat ga diinginkan ini memperkenalkan diri dari adikku...
Saat itu bulan 10 tahun 2011... Aku masih berada di Jakarta karena urusan pekerjaan.
Aku tau kalau adikku baru saja CT Scan karena batuk yang tidak kunjung berhenti, dan aku tau hasilnya keluar semalam, tapi tidak ada firasat apapun, karena pihak keluarga juga tidak memberitahu.
Paginya, setelah berangkat ke tempat kerja, kakakku telepon. Dia memberitahuku hasil scan adikku kemungkinan besar Cancer Paru-paru.
Saat itu juga, aku membeku, semua pikiran menakutkan menghantui, dan detik berikutnya aku tau aku mulai menangis.
Kakakku menyuruhku berdoa, dan memberitahu kalau adikku belum tau soal hasil nya. Aku meninggalkan pekerjaanku dan terus menangis sendiriaan di toilet.
Aku berdoa dalam tangis, memohon kemurahan hati Buddha, berharap hasil dari dokter di salah satu rumah sakit medan salah.
Siang harinya, mama dan adikku berangkat ke Malaysia. Untuk mengecek ulang disana.
Aku mulai mencari-cari di Google, semua soal cancer itu, aku tetap optimis kalau adikku tidak mungkin sakit cancer.
Lidia, nama adikku. Dia anak ke 4 dari 6 bersaudara, mempunyai saudara kembar bernama Linda.
Lidia anak yang baik, dia tidak merokok, bahkan sangat membenci asap rokok. Juga tidak suka keluyuran di malam hari, benar-benar type anak rumah yang polos, bagaimana mungkin bisa sakit cancer?
Tapi kenyataan memang sangat pahit, dua hari kemudian hasil dari rumah sakit di Malaysia keluar, Lidia mengidap kanker paruparu stadium 4, dan dokter memprediksi, umur Lidia hanya tahan setahun.
Sejak lahir, Lidia mempunyai 'tanda lahir' seperti tambahan sedikit daging di dekat punggungnya, dan menurut dokter, daging itu 'tumbuh' di dalam badan Lidia dan berhenti di Paru-paru.
Saat itu, aku menangis sejadinya di depan pintu masuk rumah sakit, tidak perduli dengan mata orang yang melihat.
Lidia sedang di dalam, di ruang tunggu, dan tentu saja , dia tidak diberi tahu soal semua ini.
Aku berdiri di belakangnya, dia sedang bbm an di atas kursi roda. Aku berusaha tegar, tetap tersenyum dan menghampirinya. Lidia tidak boleh melihatku menangis.
Di apartman, aku dan pacar Lidia,Tony. Memberitahu kenyataan ini kepada Mama. bagaimanapun hal ini tidak bisa disembunyikan.
Pacar Lidia yang memberitahu semuanya, sedangkan aku tidak kuasa menahan airmata. Mamaku tidak menangis, tapi aku tau didalam hati mamaku pasti menangis keras. Saat itu Lidia berada di kamar.
Saat kami harus mengatakan kepada Lidia kalau dia mengidap Cancer, rasanya sangat berat. Lidia menangis sebentar, lalu mengatakan dengan tegas kepada mama ku, "Mama tenang, aku pasti bisa mengalahkannya".
Setelah melakukan khemo pertama, akhirnya kami kembali ke Medan, dan karena kerjaan, aku kembali ke Jakarta.
Berikutnya keluarga kami membaca semua tentang cancer, mengechek semua makanan herbal, membaca cerita soal orang-orang yang berhasil sembuh.
Segala cara kami lakukan, pengobatan herbal, alternatif dan semua makanan herbal kami berikan kepada Lidia.
Daun sirsak, Xantom, dan lain sebagainya, bahkan vitamin herbal seperti 4life.
Kami juga membawa Lidia ke yoga, dengan harapan bisa membantu pertahanannya, Lidia juga sangat semangat mengikuti yoga.
Lidia juga tetap optimis, ceria dan tegar. Khemo yang dilakukan berkali-kali tidak membuat rambutnya rontok.
Bulan 3, 2012. Kami kembali mendapat pukulan, Paman ku, adik dari Mamaku yang paling baik tiba-tiba meninggal karena penyakit jantung.
Saat itu aku juga hanya bisa berdoa dan menangis, karena posisi saat itu berada di Jakarta, aku tidak bisa melayat.
Dua minggu kemudiaan, tanggal 10 bulan 4 tahun 2012, kembali cobaan datang. Keluarga almahum Paman, Istri paman, 3 anak paman, 2 kakak istri paman dan Nenek pihak Mama , semuanya meninggal karena kebakaran.
Nenek, Paman, Istri Paman, 3 anak paman, Chelsy, Chelson dan Chester. Mereka sangat dekat dengan keluarga kami.
Saat itu aku sudah memutuskan untuk resign dari kerjaan saya dan kembali ke Medan, begitu banyak kejadiaan membuat saya tidak sanggup lagi sendirian di Jakarta.
Pulang ke Medan, saya menemani Lidia, Lidia sangat menyukai artis-artis Jepang, seperti Yamashita Tomohisa dan AKB48, bahkan nickname nya dia tambahkan nama 'Yamashita'nLidia juga sangat suka Hello Kitty,dan warna pink.
Beberapa kali Mama dan Lidia pulang pergi Medan Penang Medan untuk khemo nya, dan pada sesi pertama berakhir, dokter mengatakan tidak perlu khemo lagi.
Saat itu kukira ada sedikit harapan untuk kesembuhannya, tapi setelah dua bulan tanpa khemo, kondisi cancer Lidia bertambah dan dokter menyarankan untuk khemo lagi, tapi Lidia menolaknya.
Akhirnya kami dikenalkan dengan seorang sinse di Malaysia, yang menurut berita sudah menyembuhkan banyak orang.
Kami membawa Lidia kesana, dan saat menkonsumsi obat dari sinse itu, kondisi Lidia menjadi lebih baik, namun itu hanya sementara.
Pada kunjungan kedua, kondisi Lidia sudah mulai menurun, bahkan kunjungan kedua, Lidia sudah duduk di kursi roda karena berjalan sedikit saja, membuatnya sangat capek dan sesak.
Aku ingat suatu hari, ketika berdua saja dengan Lidia, Lidia menanyakan hal ini kepadaku, "Mama capek ga ya urusin aku? Bosan ga ya?".
Jujur, aku ingin menangis mendengar perkataan Lidia, sambil berusaha biasa, ku bilang "Nggak lah, kalau bukan kita, keluarga yang mendukung siapa lagi? Jangan mikir gitu, pikir hal yang positif saja".
Dengan kondisinya yang tidak jelas penyembuhannya, akhirnya Lidia memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan pacarnya.
Lidia mengatakan dia lega setelah berbicara dengan pacarnya,aku tau itu keputusan dari Lidia sendiri, dan aku berusaha menyemangatinya.
Untunglah, pacar Lidia sangat baik, meskipun sudah tidak berpacaran lagi dengan Lidia, dia selalu menemani dan memberikan dukungan kepada Lidia.
Memasuki bulan 11 tahun 2012, aku mulai merasakan Lidia semakin drop, untuk jalan saja Lidia sangat mudah capek.
dan pada tanggal 8 tahun 2012, aku hanya berdua dengan Lidia di rumah. Mama menghadiri pesta sahabat. sebenarnya mama tidak punya keinginan untuk pergi, tapi Lidia memaksa.
Saat itu Lidia sehariaan memakai selang udara, karena dia sangat sesak. Aku bersama dia di kamar, membantunya ganti pakaian, untuk membuat dia lebih nyaman dengan pakaian bersih.
Saat itu, Lidia sambil terengah-engah mengatakan, "Aku sudah berjuang".
Aku kaget, kenapa Lidia mengucapkan itu?
"Ya... kamu sudah berjuang.." jawabku,
"Aku tidur dulu ya" katanya lagi
"Ya... tidurlah..." jawabku,
Perasaanku sangat tidak enak waktu itu, aku ingin berteriak, tapi aku tetap berpikir positif.
Beberapa hari sebelumnya, Lidia mengubah foto di Display Picture Blackberry-nya. mengganti dengan foto "I love you, Mom" , dan Lidia tidak pernah menggantinya lagi sejak itu.
Selama beberapa hari ini Lidia tidak tidur terlentang , tapi tidur terlungkup ke depan, dan kaki dilipat, itu membuat nafasnya tidak terlalu sesak.
Namun pada tanggal 10 jam 5 , posisi tidur nya berubah menjadi terlentang. dan saat itu Lidia sudah tidak bisa bicara.
Aku memegang tangannya, sangat dingin, tapi kesadarannya masih ada. Jam 7 pagi, aku naik ke kamar kakak, yang sekamar dengan adik bungsuku, aku memberitahu mereka kalau Lidia sudah tidak bisa bicara.
Kami berusaha memberinya obat bentuk cair, dengan memakai sedotan, tapi Lidia sudah tidak mampu menelannya lagi.
Saat itu, kakakku menangis di luar dan terus berdoa. Aku tetap di kamar, memeluknya. Jam 9 kami membawanya ke rumah sakit di Medan, berharap dokter bisa memberi obat.
Di mobil, aku berdoa, aku tau Lidia sudah tidak sanggup melawan kankernya lagi, aku berdoa, memohon kepada Buddha , jangan membuatnya menderita lagi, aku siap...
Lidia tidur di pangkuaan Mamaku, dan kaki dipangkuanku, aku sempat melihat tangan Lidia bergerak ke atas, seperti mau memegang wajah Mamaku.
Sampai di UGD, dokter segera memeriksanya, memeriksa mata Lidia dengan senter, memompa jantungnya, dan akhirnya, kami menerima keputusan paling menyedihkan... dokter menyatakan Lidia sudah meninggal.
Mama terus berdiri di sebelah Lidia, membisikkan doa dan pesan-pesan kepada Lidia...Aku tidak tahan melihat semua itu.
Tanggal 9 bulan 12 tahun 2012, perjuangan Lidia berakhir...
1 tahun 8 hari , Lidia berjuang. Cancer mengalahkan badannya, tapi tidak mengalahkan semangatnya.
==
Ada 1 hal yang membuatku tidak enak, yang ternyata juga dirasakan smua anggota keluarga. Lidia suka memesan baju renda-renda berwarna pink. Namun tiba-tiba Lidia memesan baju renda bewarna hitam.
Lidia sangat jarang memakai baju bewarna suram itu, sangat jarang. Namun saat paket berisi baju hitam itu datang, perasaanku sangat tidak enak.
Dan akhirnya baju itu lah yang dipakai terakhir kali nya. Dalam tradisi etnis kami, sebelum di petikan, terlebih dahulu di ganti bajunya.
Baju renda hitam, baju yang kami pakaikan ke Lidia sebelum dipetikan, bersama boneka Hello Kitty pemberian pacarnya di hari Ulang Tahun nya yang terakhir, pada tanggal 31 Oktober 2012.
Hari-hari setelah Lidia di kremasi, aku merasakan hampa, seperti ada yang hilang di hatiku.
Aku selalu diam-diam menangis, memanggil namanya, sampai suatu hari, belum dua minggu sejak Lidia pergi, aku bermimpi.
Aku melihat Lidia duduk di dapur, memakai baju pink , sangat cantik, aku mengandengnya ke kamar. Dan tiba-tiba Lidia menghilang, hanya ada 1 surat di tempat tidurnya,
Meskipun hanya mimpi, aku masih ingat tulisan di surat itu,
"Mama, Papa dan saudari ku semua,
aku pergi dulu,
terima kasih untuk semuanya,
mungkin kita akan berjumpa lagi di kehidupan yang akan datang"
dan saat itu di dalam mimpiku, ada suara Lidia yang mengatakan,
"Cie, kamu jangan nangis lagi. Kalau kamu sedih aku juga sedih cie.."
Aku terbangun saat itu juga, dengan posisi tangan seperti memegang surat.
Demi Lidia, aku berusaha tegar, meskipun jujur, tidak mudah. Aku bukan orang yang tegar, sampai hari ini pun, aku masih menangis kalau teringat Lidia.
Penyesalan selalu saja datang terlambat, sampai sekarang aku sangat menyesali, kenapa aku tidak mencium Lidia saat memeluknya dulu?
kenapa aku tidak lebih cepat pulang ke Medan ?
Aku amat sangat merindukannya, aku kangen suara nya , tawanya, senyum nya dan wajah ngambek nya.
Begitu banyak kejadiaan yang dihadapi keluarga kami, di mulai dari sakitnya Lidia, kehilangan paman dan seluruh keluarga paman, dan meninggalnya Lidia.
Pertanyaan seperti 'Kenapa' tidak akan ada jawabannya...
Kenapa semua ini harus terjadi?
Kenapa kami kehilangan begitu banyak orang yang sangat kami cintai?
Pamanku Azen, Istri paman Ana, ketiga anak-anaknya yang masih kecil, nenek pihak mama ku dan adikku..
Dari semua itu, aku sangat menghargai kebersamaan, yang tertinggal sekarang hanyalah kenangan.
Death can take our loved one, but not our memories...
The time, laugh, and memories are priceless,
I always love you all...
My beloved Grandma
My beloved Uncle Azen
My beloved Auntie Ana
My beloved little Chelsy
My beloved little Chelson
My beloved little Chester
My beloved Sister Lidia
==